Tak Berjudul


Hamparan bukit yang elok nan indah, ku berhembus sambil menatap kedepan. Dengan pandangan tajam dan nafas yang berat sejenak ku merenungi apa yang telah terjadi saat-saat waktu lalu, penyesalan yang selama ini terus menghantuiku tiba-taba tak terbendungkan, air mata mulai jatuh dari pelupuk mata “Andai, andai, seharusnya, andai” kata itulah yang selalu menghujam dengan penyesalan.
Gue ga tau cara menghangatkan Dia
Gue ga tau cara memegang tangan dia
Gue ga tau cara mengatakan kata-kata romantic
Gue ga tau biar dia merasa aman disisiku
Gue ga tau mengerti perasaan dia
Gue selalu egois dengan sifat polos gue yang selalu menghantui gue
Tapi gue sangat mencintai dia, tidak bisakah itu dijadikan sebuah alasan biar dia tidak pergi dari sisiku?!!
“(menangis) hammmhmmmm gue bener-bener nyesel saat dia sangat membutuhkan gue tapi gue malah tak menggubris permintaannya”
Kini bunga yang mekar nan cantik semakin hari semakin cantik, tak disangka banyak kumbang silih berganti berdatangan, seperti itulah dirinya. Jika dirunut waktu tak terhitung penyesalan yang sudah menghantui diri ini. Tak terasa sore sudah datang, dengan pandangan beku seolah orang ini menyisakan pernyataan-pernyataan yang belum terselesaikan.
Deg!!!!  Dengan pandangan tak percaya, Rio tergaket dengan kehadirannya. Orang yang selama ini dirindukannya, dicintainya, datang didepannya.
Rio:” Dewi!!! Gue mengaku salah, gue mengaku jahat sama lo, gue ga perhatian sama lo, tolong maafin gue, dew dew dew dew!!!!!
Bugg!!! suara jam alarm jatuh di kepalanya, ternyata ini hanya mimpi

To be continued  

Posting Komentar